Daring di Covid-19 bukan masa untuk membentuk karakter peserta didik


Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bual-bual lagi.....Bukan solusi

Semenjak wabah korona meluas ke wilayah nusantara, lembaga pendidikan di Indonesia mulai bergegas menerapkan perintah dari pemerintah diantaranya melalui SE-Mendikbud nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah untuk Mencegah Penyebaran Covid-19, disusul SE-Mendikbud nomor 4 tahun 2020 tanggal 24 maret 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa darurat Penyebaran Covid-19, dan kemudian surat dari Ditjen Dikti nomor 302/E.E2/KR/2020 tanggal 31 Maret 2020 tentang Masa Belajar Penyelenggaraan Program Pendidikan. Edaran tersebut berisi bermacam perintah mualai dari meniadakan proses belajar mengajar dikelas/lokal, bimbingan tugas akhir yang seblumnya tatap muka, masa studi, layanan pendidikan lansung, ujian akhir dan tengah semester, hingga kepada proses kelulusan siswa maupun mahasiswa. Beberapa edaran tersebut merupakan upaya untuk membantu pemerintah dalam pencegahan dan penanganan covid-19 ini. Namun ini bukanlah himbauan untuk libur, hanya saja merubah sistem belajar mengajar yang awalnya tatap muka beriteraksi secara langsung diganti dengan percobaan pelaksanaan proses belajar mengajar dan pelayanan melalui daring. Awal diedarkan himbauan ini, banyak yang kegirangan karena menganggap sekolah/kuliah di liburkan, tapi ternyata proses belajar mengajar tetap saja berlangsung. ya maklumi sajalah.itu fitrah.

Menyingung tentang belajar dan bekerja dari jarak jauh ini, beberapa aplikasi on-line pun digunakan oleh para guru, dosen, murid, mahasiswa dan para tenaga kerja pendidikan lainnya untuk menjalankan hak dan kewajiban mereka. sebenarnya ini bukanlah hal yang baru, yang harus kita kejutkan, karena sebelum adanya korona aplikasi yang saaat ini digunakan telah diciptakan sebelumnya. Namun proses yang sifatnya berkelanjutanlah yang menjadi persoalannya. sempat menjadi perbincangan hangat dikalangan siswa, mahasiswa, dan tenaga pendidik, karena dipaksa secara cepat dan sigap untuk dapat menyesuaikan diri dengan bekerja dan belajar melalui daring. Berbagai argument keluhan, saran dan masukkan beredar didunia maya. mulai dari tenaga pendidik dan peserta didik yang tidak terbiasa dengan proses belajar mengajar daring ini, ketidak stabilan ekonomi untuk memenuhi kuota internet, efektivitas belajar mengaajar, pemberian dan penerimaan tugas, dan lain sebagainya.

Rasanya tidak berlebihan apabila kami menyebut istilah "kocar kacir" bagi Siswa dan terutama mahasiswa ketika mencari jaringan internet yang sinyalnya kuat agar bisa lancar berkomunikasi saat belajar daring. sebagain dari kita yang kurang mampu, kuota sangatlah mahal sobat walaupun cuma 1 gb, sedangkan pemerintah tidak bekerja sama dengaan kuota. maka untuk memenuhi itu, ada yang dari mereka terpaksa harus ketempat-tempat yang tersedia wifi gratis baik itu dirumah makan, warung kopi, rumah/kos-an teman dan saudara serta tempat sekitarnya yang terjangkau yang menyediakan fasilitas wifi. inilah Pengorbanan sekaligus pelanggaran. melanggar himbauan pemerintah untuk memenuhi perintah dari pemerintah. lalu, siapa yang bijak dan yang tidak bijak dan siapa yang salah dan yang tidak salah?

Guru dan dosen tetap menerapkan absen dan pemberian tugas bagi siswa dan mahasiswa mereka. seperti biasanya, proses belajar mengajar dijalankan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan termasuk pelayanan pendidikan lainnya.nah sobat, akibat dari keterbatasan sinyal dan kuota untuk belajar Daring (Dalam Jaringan) ini, proses belajar mengajar menjadi Garing alias Gagal Jaringan.

Bejalar daring meningkatkan kewaspadaan tingkat tinggi bagi siswa/mahasiswa, dan menurunkan tingkat kepekaan tanggap dan paham dalam proses belajar. Pasalnya mentang-mentang belajar dari rumah dan diminta untuk dirumah saja, pemberian tugas dari tenaga pendidik terus terjadi penumpukkan seperti menumpuk bahan-bahan pokok, hal ini agar perserta didik terus berada dirumah dan tak keluar rumah karena waktu lebih banyak dihabiskan dirumah. mengeluh? iya banyak yang mengeluh. masak seorang pejuang ilmu mengeluh. begitukah? apakah sebelum ada himbauan belajar daring ini mereka tidak ada tugas? apakah tenaga pendidik kehabisan kata-kata untuk memberikan pemaparan sehingga memeprsingkat tanggungjawab dengan tugas-tugas dan tugas ? atau sedang melaksanakan "asas manfaat"? atau sayang kuota untuk on-line? hingga kelulusan siswa tanpa angka pasti nilai akhir nasional dan prosessi wisuda melalui on-line juga. nah sobat, agar tidak menjadi "atau" terus yang menimbulkan buruk sangka, mari kita ikuti jejak petualang ini.

Surat edaran dari pemerintah tidak mengacu kepada pembelajaran kognitif, afektisf, dan psikomotorik peserta didik hingga capaian nilai akhir, sehingga tidak mendahulukan keaktifan dan efektivitas dalam proses belajar mengajar termasuk pengembangan karakter. loh, berarti pemerintah menggugurkan kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan? tidak demikian. inilah arti dari adanya kebijakan ini yang harus kita pahami bersama. bahwa ketentuan belajar daring bukanlah suatu sistem, melainkan hanya langkah sementara dalam menanagani penyebaran covid-19 dengan menerapkan belajar dari rumah. lalu apa kaitannya dengan tugas banyak-banyak?. Tenaga pendidik berhak memberikan tugas sebanyak apapun kepada peserta didik tanpa terbatas, selain karena kewajiban dan hak pesrta didik untuk menerimanya,  ini juga bisa dilihat dari maksud dan tujuan surat edaran tersebut yang bersifat sementara. namun tidak pula semerta-merta ini balas dendam atau senagaja mengerjai peserta didik ya sobat. jika melihat dari sisi lainnya, peserta didik diuntungkan dengan adanya kebijakan ini. diantaranya peserta didik tidak perlu bersusah payah mandi pagi, bedandan, sarapan,mikir bensin, dan pakaian rapih untuk datang belajar, hanya perlu stay hp/laptop dan kuota (bagi yang memiliki), ujian bisa sambil melihat referensi,asalkan ikut absen dan buat tugas dapat nilai, bahkan ada yang tidak on-line sama sekali alias kirim file tugas, terus diminta untuk diselesaikan dikirim kembali sesuai jadwal yang ditentukan. selesai. yahhh,,,walapun kita tidak mengetahui secara pasti apakah tugas sebanyak itu betul-betul dikoreksi atau tidak.

Lembaga Pendidikan ya harus tetap pada prinsispnya sebagai Lembaga Pendidikan. bukan Industri pendidikan yang dengan leluasa menjadikan manusianya sebagai produk yang memiliki masa berlaku dan masa habis pakai. melalui otoritas yang diberikan kita semua berharap pendidikan dapat mencerdaskan anak bangsa.

Ku kira akan baik cara ini, ternyata tetap saja peran orang tua, keluarga, teman, sahabat, dan tetangga dibutuhkan.Jadi kesimpulannya,perlu ada simpati dan empati anatara peserta didik dengan tenaga pendidik agar proses belajar mengajar daring ini dapat berjalan dengan maksimal. Sulit bagi siapapun saat ini jika berharap untuk optimal. Tenaga pendidik dan pesert didik sama-sama menjalankan tugas, fungsi, peran, dan tanggungjawab serta haknya.

Justru yang menjadi PR kita bersama ialah, mengembalikan proses belajar mengajar ini seperti semula tanpa sedikitpun mengurangi kaidah dalam menuntut ilmu dan memberi ilmu. semeoga saja belajar daring ini tidak menjadi suatu sistem yang nantinya akan berkelanjutan seterunya walapun pandemi sudah berakhir. karena ada anak yang perlu didik karakternya, ada anak yang perlu dibimbing penilaian domaian proses belajarnya sehingga setiap ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapat dipertanggungjawabkan untuk bangsa ini.

patutnya perlu ada Muhasabah setelah berakhirnya pandemi ini agar mengeluh tugas tidak lagi terjadi, coret-coret fasilitas umum tidak terulang kembali, dan contek mencontek tidak dibudayakan lagi.salam pendidikan Indonesia.Termasuk si penulis ini juga harus dimuhasabah agar tidak selalu salah dalam mengetik.teriamkasih

Post a Comment

budayakan membaca hingga selesai dan tuntas. Diharapkan untuk memberikan komentar berupa pendapat, sanggahan, saran, dan nasihat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan beradab agar tidak salah paham serta multi tafsir. Terimakasih sudah mengunjungi blog kami.

Previous Post Next Post