--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebab awal kemunculan Covid-19 di dunia hingga merambat ke Indonesia telah dibahas pajang lebar oleh berbagai media-media mulai dari koran, tv, radio, dan media-media online lainnya. Pemaparan yang seakan logis dan penuh argumentasi yang ilmiah ini disampaikan oleh presiden, penegak hukum, tenaga medis, pejabat pemerintah, ilmuan-ilmuan serta jajaran pemerintah daerah dan dari kalangan masyarakat. Begitu pula dengan bahaya penyebaran virusnya ini yang mengusik pikiran dan jiwa semua orang, berusaha untuk tetap berfikir positif namun ini dapat mengganggu kestabilan aktivitas pemerintah dan masyarakat.
Berbagai perencanaan penanganan dan pencegahan penyebaran bahayanya virus kini telah ditetapkan oleh pemerintah untuk dijalankan seluruh elemen masyarakat terutama penegak hukum dan pelaksana kebijakan yang meliputi sosial, agama, budaya, ekonomi, politik,sipil dan lain sebagainya mulai dari perintah karantina diri, karantina wilayah, social distancing dan physical distancing yang kemudian dikuatkan dengan Pembatasan Sosial Berskala-Besar (PSBB). nah, tentunya peraturan ini membuat segala sesuatu yang dianggap menjadi penyebab penyebaran virus korona dipantau keberadaan dan aktivitasnya seperti manusianya,tempat tinggal manusianya, transportasi manusianya, tempat ibadah manusianya, tempat peroses belajar mengajar manusianya, tempat perbelanjaan manusianya, tempat kreasi manusianya dan tempat-tempat aktivitas lainnya yang ada manusianya.Pokoknya "No Komen". ya begitulah kira-kira.
Berbagai macam jenis korona, berbagai macam gejala korona, berbagai macam dampak dari virus korona, berbagai macam peraturan dan kebijakan untuk menangani korona, berbagai macam penetapan sanksi bagi pelanggar peraturan penanganan korona, nah karena banyaknya macam sehingga kita semua diminta untuk jangan "Macam-Macam".
Dampak kesusahan, kerisauan dan kerugian akibat korona ini sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, kecuali apabila ada budak uang yang memanfaatkan momentum bersejarah ini.
pada kesempatan ini saya menyinggung persoalan penyebab penyebaran virus korona. Sesuatu yang menjadi dominan penyebaran korona ini yaitu makhluk hidup dan benda mati, tidak ada posisi lain diantara keduanya. berfokus kepada aktivitas keagamaan, khususnya masyarakat yang beragama islam. Awal diberlakukannya PP RI, SE-MENAG RI, SE-MENKES RI, BPNP RI, serta peraturan lainnya terakait virus korona, tempat ibadah ditutup aktivitasnya salah satunya ialah masjid, mushala, dan surau. Bagi masyarakat yang beragama islam sebagian masih banyak yang tetap melaksanakan sholat berjamaa'ah dimasjid, bukan karena ingin melawan aturan pemerintah yang berlaku, namun ini persoalan kebutuhan aqidah. Indonesia mayoritas masyarakatnya beragama islam, tentunya banyak pula keberadaan masjid atau mushala yang tersebar disetiap tempat/wilayah. aktivitas sholat berjama'ah menyebabkan "kerumunan/berkumpulnya" orang-orang. tentunya menjadi sangat memungkinkan korona ini terjangkit dan meluas penyebarannya. dan yang paling fatal ialah melanggar ketetapan social distancing dan physical distancing yang diperintahkan oleh pemerintah.
Nah sahabat sekalian, ini pointnya. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian oknum untuk menyalahkan umat islam yang berjama'ah dimasjid atau mushala, memojokkan umat islam sebagai penyebab menyebarluasnya korona. berbagai macam cara dilakukan sebagai bentuk ekspresi yang seakan-akan sedang "menasehati", namun justru saya menganggap ini bentuk perilaku dan upaya untuk meracuni pikiran masyarakat yang harus membenarkan apa yang mereka sampaikan melalui meme, status, gambar dan vidio serta visual lainnya yang mengilutrasikan bahwa yang berjama'ah dimasjid menjadi penyebab korona. lalu ketika ada kasus yang kena bukan orang islam? apakah karena ia datang kemasjid? ngapain dia kemasjid? hmm..
Tidak hanya sampai disitu saja, agar masyarakat semakin yakin dengan apa yang disampaikan, setiap kali ada berita penambahan kasus korona, maka orang islam yang berjama'ahlah selalu disinggung dan jadi topik pembahasan. Dengan berbagai bumbu-bumbu lisannya yang mencoba menyakinkan seakan-akan bahwa penyebab utama penyebaran korona adalah mereka yang sholat berjama'ah dimasjid. Benarkah demikian? saya berpendapat bahwa pasar, swalayan, dan tempat berbelanja lainnya tidak akan menajdi sorotan "resah" bagi orang-orang seperti ini padahal kerumunan dan perkumpulan jauh lebih banyak manusianya. karena jika tempat tersebut dibesar-besarkan, lalu dilihat perkembangannya oleh pemerintah dengan hasil yang positif, maka semua tempat penyediaan bahan pokok akan ditutup dan tentunya sahabat sekalian tertutup pula kebutuhan "perut"nya. lalu warung kopi dan rumah makan yang masih terbuka lebar dnagan meja disertai kursi, lalu akhir-akhir ini pembagian sembako yang menimbulkan kerumunan. silahkan bubarkan, kalau tidak dimusnahkan oleh masyarakat.
Pertanyaannya (racun), "haruskah orang islamsholat dimasjid? kan bisa sholat dirumah. bukahkan sudah dianjurkan untuk berjama'ah bersama kelauarga dirumah ?" iyap tepat dan betul sekali. maka perlu ditanyakan kembali "haruskah belanja dipasar dan swalayan? kan bisa on-line. bukankah saat ini sudah banyak tersedia jasa layanan antar pesan on-line?". lalu pertanyaan kembali "haruskah bekerja diketempat kerja? kan bisa kerja dari rumah. bukahkan sudah dianjurkan untuk kerja dari rumah melalui media online?". jika demikian,maka tukang bangunan hanya dapat mengetuk layar hp-nya dengan palu yang ada gambar bata dan pakunya.
pada akhirnya, yang perlu kita sadari bersama bahwa untuk memenuhi kebutuhan tidak semua kebutuhan dapat dijalankan dengan on-line. ada pesan makan on-line, tapi tidak ada pesan pahala on-line. ada pesan barang on-line, tidak ada pesan sholat on-line.
lagi pula, pemeritah sudah up date wilayah-wilayah disekitar kita dengan menetapkan antara wilayah aman dan wilayah berbahaya akan virus korona. cukup ketentuan ini saja, bagi kita sudah sangat baik untuk menetukan langkah aktivitas masyarakat dengan tidak saling mencari kesalahan sesama masyarakat.
Kami mengajak kepada kita semua untuk dapat membedakan antara kebutuhan aqidah dengan kebutuhan perut. agama islam agama yang cerdas dan sangat berhati-hati terhadap sesuatu perilaku dan perbuatan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang banyak. keberadaan orang islam yang sholat berjama'ah dimasjid bukan untuk dibuli dan disoroti secara ganas. mau menasehati ? silahkan. tapi jangan menyalahkan satu dengan yang lainnya.sehingga kesimpulannya, berbaik lisan itu penting dalam kondisi saat ini. semua masyarakat sadar apa yang mereka lakukan hari ini. namun ada pilihan yang tak dapat dielakkan,yaitu kerja untuk memenuhi kebutuhan perut, ibadah untuk memenuhi kebutuhan iman.
semoga Allah SWT segera mengangkat wabah ini. diberikan kesehatan keapda kita semua dan kita semua dapat menjalankan aktivitas seperti semula.Aamiin ya rabbal 'alamin. selamat menjalankan puasa 1441 H
Nah sahabat sekalian, ini pointnya. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian oknum untuk menyalahkan umat islam yang berjama'ah dimasjid atau mushala, memojokkan umat islam sebagai penyebab menyebarluasnya korona. berbagai macam cara dilakukan sebagai bentuk ekspresi yang seakan-akan sedang "menasehati", namun justru saya menganggap ini bentuk perilaku dan upaya untuk meracuni pikiran masyarakat yang harus membenarkan apa yang mereka sampaikan melalui meme, status, gambar dan vidio serta visual lainnya yang mengilutrasikan bahwa yang berjama'ah dimasjid menjadi penyebab korona. lalu ketika ada kasus yang kena bukan orang islam? apakah karena ia datang kemasjid? ngapain dia kemasjid? hmm..
Tidak hanya sampai disitu saja, agar masyarakat semakin yakin dengan apa yang disampaikan, setiap kali ada berita penambahan kasus korona, maka orang islam yang berjama'ahlah selalu disinggung dan jadi topik pembahasan. Dengan berbagai bumbu-bumbu lisannya yang mencoba menyakinkan seakan-akan bahwa penyebab utama penyebaran korona adalah mereka yang sholat berjama'ah dimasjid. Benarkah demikian? saya berpendapat bahwa pasar, swalayan, dan tempat berbelanja lainnya tidak akan menajdi sorotan "resah" bagi orang-orang seperti ini padahal kerumunan dan perkumpulan jauh lebih banyak manusianya. karena jika tempat tersebut dibesar-besarkan, lalu dilihat perkembangannya oleh pemerintah dengan hasil yang positif, maka semua tempat penyediaan bahan pokok akan ditutup dan tentunya sahabat sekalian tertutup pula kebutuhan "perut"nya. lalu warung kopi dan rumah makan yang masih terbuka lebar dnagan meja disertai kursi, lalu akhir-akhir ini pembagian sembako yang menimbulkan kerumunan. silahkan bubarkan, kalau tidak dimusnahkan oleh masyarakat.
Pertanyaannya (racun), "haruskah orang islamsholat dimasjid? kan bisa sholat dirumah. bukahkan sudah dianjurkan untuk berjama'ah bersama kelauarga dirumah ?" iyap tepat dan betul sekali. maka perlu ditanyakan kembali "haruskah belanja dipasar dan swalayan? kan bisa on-line. bukankah saat ini sudah banyak tersedia jasa layanan antar pesan on-line?". lalu pertanyaan kembali "haruskah bekerja diketempat kerja? kan bisa kerja dari rumah. bukahkan sudah dianjurkan untuk kerja dari rumah melalui media online?". jika demikian,maka tukang bangunan hanya dapat mengetuk layar hp-nya dengan palu yang ada gambar bata dan pakunya.
pada akhirnya, yang perlu kita sadari bersama bahwa untuk memenuhi kebutuhan tidak semua kebutuhan dapat dijalankan dengan on-line. ada pesan makan on-line, tapi tidak ada pesan pahala on-line. ada pesan barang on-line, tidak ada pesan sholat on-line.
lagi pula, pemeritah sudah up date wilayah-wilayah disekitar kita dengan menetapkan antara wilayah aman dan wilayah berbahaya akan virus korona. cukup ketentuan ini saja, bagi kita sudah sangat baik untuk menetukan langkah aktivitas masyarakat dengan tidak saling mencari kesalahan sesama masyarakat.
Kami mengajak kepada kita semua untuk dapat membedakan antara kebutuhan aqidah dengan kebutuhan perut. agama islam agama yang cerdas dan sangat berhati-hati terhadap sesuatu perilaku dan perbuatan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang banyak. keberadaan orang islam yang sholat berjama'ah dimasjid bukan untuk dibuli dan disoroti secara ganas. mau menasehati ? silahkan. tapi jangan menyalahkan satu dengan yang lainnya.sehingga kesimpulannya, berbaik lisan itu penting dalam kondisi saat ini. semua masyarakat sadar apa yang mereka lakukan hari ini. namun ada pilihan yang tak dapat dielakkan,yaitu kerja untuk memenuhi kebutuhan perut, ibadah untuk memenuhi kebutuhan iman.
semoga Allah SWT segera mengangkat wabah ini. diberikan kesehatan keapda kita semua dan kita semua dapat menjalankan aktivitas seperti semula.Aamiin ya rabbal 'alamin. selamat menjalankan puasa 1441 H
_Pesan Emak_