Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
"TAPAK INSAN MADANI"
Langit Dan Bumi
Langit Dan Bumi
Pada bagian ke-1 sedikit telah kami coba kupaskan
tentang arti dari Insan dan Madani berdasarkan hasil pengembangan konsep pola
pikir yang Insya Allah tidak melebihi dari kemampuan kami. Dan juga
pengembangan konsep tersebut tidak bermaksud untuk menggurui sesiapapun. maka
dari itu iznkan kami menyampaikan kelanjutannya.
Sahabat yang kami
cintai, segala bentuk yang diciptakan oleh-Nya tentu memilki maksud dan tujuan
yang membawa manfaat bagi setiap makhluk yang merasakan keberadaannya.
Kehadiran Bumi dan Kehadiran Langit yang berbendung rahmat-Nya menyadarkan kita
bahwa betapa besar kuasa-Nya yang tidak dapat kita jangkau dengan kemampuan
sebagai seorang makhluk. Kita menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk hanya
berdiam ditengah lapangan kosong nan luas memandang kebawah, lalu memadang lagi
keatas hanya melihat betapa luasnya dataran bumi dan pelukan langit yan berpayung
diatas kepala para makhluk-Nya. Namun pernahkah sejenak satu detik kita
menyisihkan waktu untuk melihat arah jauh nan sudut diufuk barat terdapat garis
kekuasan Sang Pencipta yang tidak dapat kita gapai dengan tangan serta langkah
kaki.
Terdapat cahaya-cahaya
yang berbeda warnanya, serta berbeda pula suhunya disetiap daratan Bumi yang
kita injak. Terlihat bentuk gundukan awan tersusun rapi lalu teratur yang
antaranya terdapat kilauan cahaya putih mengelilingi pertanda kebesaran Sang
Pencipta. Mampukah akal kita menafsirkan fenomena tersebut ? mengapa jalan
ikhtiar kita senantiasa melangahi hukum alam dan hukum Tuhan? Apakah ini yang
dinamakan akal yang tidak berterimakasih kepada ilmu ?
Sahabat yang kami
cintai, sejenak kita tutup sebelah mata mengunakan telapak tangan lalu menatap
lurus kepada suatu sudut yang disekililingnya terdapat sudut yang lainnya.
Mampukah kita memandang sudut secara keseluruhan disaat sebelah mata kita tertutup?
Padahal kita memiliki kuasa untuk membuka penutup mata tersebut. Ketahuilah sahabat,
ini merupakan bagian batasan kecil dari jarak pandang yang kita miliki. Hanya
untuk memandang sudut yang lainnya kita tidak memiliki kemampuan untuk
melihatnya, bagaimana dengan memandang sudut Tuhan yang memiliki kekuasaan diluar
batas kemampuan mahkluk ciptaan-Nya. Kecuali
kita melanggar ketentuan dan kemampuan hukum alam serta hukum Tuhan, maka pada
detik itu pula kita akan menguasai alam dan menjadi Tuhan bagi diri kita
sendiri. Sungguh kita telah melampaui batas hakekatnya akal untuk berfikir dan
mengambil keputusan.
Tundukkan kepala lalu
lihat kebawah dengan hikmat. Terlihat semut yang sedang berbaris rapi saling
menyapa berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi dari apa yang
dirasakan. Terlihat para semut perkerja sedang membungkukkan bahunya membawa
setets cairan madu ayng terdapat kebaikan didalamnya. Tidakkah tergerak hati
kita untuk mengambil tetesan madu tersebut dan memindahkan kesarang dimana
semut itu bermusyawarah dengan bermaksud membantu sesame makhluk ciptaan-Nya?
Tentu ini bagian dari ketidak mampuan akal kita untuk menggerakkan anggota
tubuh agar dapat memabntu semut pekerja memabawa tetesan madu itu. Lalu kita
terpana melihat betapa indahnya gerombolan semut dengan mesra saling tegur-sapa
ketika sedang bertentangan dalam berjalan. Namun ketahuilah sahabat, Sang
Pencipta tidaklah melihat apa diabwa oleh semut, namun usaha serta do’a yang
dipanjatkan untuk dimurahkan rezeki dan dikuatkan tenaganya agar dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya serta senantiasa bersyukur ats apa ayng telah diberikan
oleh-Nya.
Mampukah detik itu kita
melihat serta memaknai secara mendalam maksud dan tujuan hati para semut
pekerja? Jawabannya adalah tidak. Ini dikarekan untuk melihat kemampuan isi
hati makhluk ialah hanya Dia sang pemilik semua makhluk, yang memiliki kuasa
dalam mengetahui segala yang terjadi di bumi dan dilangit serta yang dilakukan
oleh makhluk ciptaan-Nya. Lantas mengapa menagap detik kita masih meragukan
akan kekuasaan-Nya? Mengapa hari ini kita masih belum juga untuk menguatkan
iman kita kepada-Nya? Apakah dengan ilmu dan pengetahuan yang kita miliki saat
ini sehingga kita rasakan kepantasan ketuhanan dalam diri kita? Sungguh kita
termasuk orang yang dzolim terhadapa diri dan kufur terhadap nikmat-Nya.
Sahabat yang sangat
kami cintai, detik ini tidakkah lagi kita ingin memutar arah pola pikir kita
kepada seruan-Nya? Akal yang kita miliki saat ini ialah sebagai dasar arah
tujuan kita hidup di Bumi lalu sebagai penentu termasuk golongan apa kita
diakhirat nanti. Melalui akal ini kita akan menjadi manusia yang paling
dirindui oleh malaikat di atas langit, namun sebaliknya melalui akal ini pula
kita akan menjadi manusia yang paling hina dan terkutuk dimata makhluk lainnya
apabila kita masih mentuhankan akal yang kita miliki dengan membusungkan dada
diahdapan-Nya. Pernahkah kita berfikir satu detik saja selama hidup ini bagaimana
posisi akal kita dipandangan-Nya? Apakah akal kita bagian dari keberkahan dalam
hidup ini? Mari dekatkan diri kita kepada-Nya dan kembalikan akal kita kepada
dasar kemampuan berfikir kita sebagaimana yang telah ia tetapkan fungsi dan
batasan akal.
Jika akal masih
dituhankan oleh diri, maka bersiap-siaplah moral manusia akan hancur, Negara
akan rusak, budaya akan punah dikarenakan tidak dapat menyeimbangi antara
kepantasan dan kemampuan. Dan yang menjadi pusat vitalnya ialah, agama akan
menjadi mainan akal yang merasa tak berdosa dan yang memiliki dosa. Na’udzubillah Summa Na’udzubillah.
Wallahu a'lam
Billahitaufiq Wal Hidayah
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Lalu melihat apa yang disaksikan
lalu menafsirkan apa yang ditanggapi
lalu menyimpulakan apa diterima
kekurangan dan kelebihan, berperang dalam satu kebutuhan
_Pesan Emak_
lalu menafsirkan apa yang ditanggapi
lalu menyimpulakan apa diterima
kekurangan dan kelebihan, berperang dalam satu kebutuhan
_Pesan Emak_