'''Jeng....jeng'''
"Ada Atap ada Rumah"
Jika Di Gabungkan Menjadi
-ATAP RUMAH-
Kehadiran Organisasi Mahasiswa Tingkat Keadaerahan 5 tahun belakangan ini semakin berkembang pesat. khususnya di wilayah Kota Tanjungpinang dan sekitarnya. Berbagai macam alasan dan tujuan yang menjadikan organisasi itu dibentuk dan berdiri. Setiap organisasi memiliki latar belakangya tesendiri, ada yang didorong oleh kemauan dan kepentingan individual, kepentingan dan kebutuhan kelompok, akibat perpecahan kelompok, peyelamatan kelompok dan lain sebagainya. Kami coba mengulas pendapat dan saran serta masukan terkait wilayah Kota Tanjungpinang yang merupakan salah satu pusat pendidikan Perguruan Tinggi yang ada diwilayah Provinsi Kepulauan Riau, organisasi kedaerahan ini dibentuk atas dasar untuk menyatukan mahasiswa/i rantauan dari setiap daerah maupun suku dan adat.Jika Di Gabungkan Menjadi
-ATAP RUMAH-
Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota, seiriring dengan berkembangnya wilayah pesisir adminstratif, menjadi salah satu pendodorong terkuat tebentuknya organisasi daerah. ini dikarenakan semakin banyaknya kampung/desa yang memekarkan dan dimekarkan wilayah kecamatannya.
Setiap organisasi tentunya memilki cara pandang, dan langkah pergerakan organisasi untuk mendukung perkembangan dan eksistensi organisasi. Namun jika berbicara sebuah keseharusan, maka apapun bentuk dan model organisasi kedaerahan tersebut haruslah memberikan kontribusi bukan hanya kepada daerahnya masing-masing, tetapi juga wilayah bedirinya organisasi tersebut. Kami mencoba fokus kepada keduanya.
Saat ini terhitung ada 9 organisasi kedaerahan yang ada di kota Tanjungpinang. Lalu ditambah lagi 9 organisasi tingkat kecamatan dibawahnya. Untuk batadan kawasan wilayah kota Tanjungpinang dengan jumlah 18 organisasi perwakilan kedaerahan maka terhitung sangat-sangat banyak dan luar biasa sekali.
Menjadi penegak wadah utama untuk mendukung pembangun Kepri pada umumnya, dan kedaerahan masing-masing khususnya.
Namun diluar dari pada itu, kepekaan dan empati terhadap pembangunan wilayah semakin menurun. Tingkat responsif dari mahasiswa kedaerahan semakin merendah. Hematnya, karna pola pergerakan organisasi yang kurang inivofatif, sehingga tidak sanggup menyesuaikan diri dengan lerkembangan hari ini.
Tidak pula naif, masyarakat membutuhkan organisasi kedaerahan sebagai penyambung hak dan kewajiban masyarakat dan organisasi kedaerahan membutuhkan masyarakat untuk menunjukkan eksistensi pergeraknya.
Jika orientasi organisasi kedaerahan setakat kencari eksistensi, maka peluang pembangunan kepulauan Riau semakin mengecil. Berkutat persoalan individul dan kelompok internal, namun tanggungjawab terhadap daerah terabaikan.
Setiap organisasi merekomendasikan 1 wacana program yang strategis dan dinamis, jika seluruhnya memiliki rekomendasi program pembangunan kepri, maka akan ada 18 program terbaik untuk kepri.
Mengapa dikayakan terbaik? Karena program tersebut lahir dari kumpulan orang-orang yang ilmiah dan bertanggungjawab terhadap keilmuannya.
Namun jika sebaliknya, organisasi kedaerahan hanya sekedar "menumpang" legalitas perkumpulan semata tanpa memberikan efek positif kepada masyarakat dan daerahnya, maka keberadaannya hari ini, eksistensinya hari ini, dikarena topangan dari pemerintah.
Jika benar demikian, kita akan kehilangan kritikan-kritikan dari suara mahasiswa, kehilangan pergerakan pemberantasan kejahatan, kehilangan pemikiran kritis terhadap pembangunan dan perembangan daerah, dan kehilangan benteng-benteng masyarakat. Terdiam karne Terbungkam.
Mari Kembalikan fitrah organisasi kedaerahan, kembalikan sesuai dengan koridornya. Organisasi kedaerahan bukan organisasi perkumpulan mahasiswa rantauan.
Asal kenyang, tinggak diam. Asal dapat makan, semua nyaman. Asala dapat temlat tinggal, semua aman.
Kembali kepada diri organisasi itu sendiri...(***)
Itulah bualan-bualan kosong kami siket. Esok-esok panjang umo lanjot lagi.
#Salam_Kopi_Belete