Masih teringat jelas dimemori ku saat-saat dimana aku dan dia memutuskan untuk berpisah. Hubungan yang telah ku jalani selama 3 tahun kandas begitu saja tanpa sebab yang jelas dan pasti. Berawal dari kecurigaan ku terhadap sikapnya yang mulai berubah, setiap hari diwaktu tertentu ku luangkan waktu untuk menemuinya. aku dan dia selalu saja bertengkar walaupun hanya dari persoalan kecil. dia sangat mudah sensi, sangat mudah untuk marah. berulang kali ku pertanyakan mengapa, namun dengan sikap yang dingin dia selalu menjawab "sudahlah, jangan dibahas".
aku dan dia saling mengenal dengan baik. dia memahami bagaimana sifat dan karakter ku, begitu pula aku. tetapi kali ini semua itu bertolak belakang dari biasanya. ini yang menyebabkan kecurigaan ku semakin kuat. Bagi ku, hubungan kasih bukanlah satu-satunya jalan untuk mendapatkan jodoh yang baik sesuai dengan keinginan. sehingga aku harus menentukan jalan yang menjadi arah masa depan ku kelak, yang pastinya, aku harus berprinsip tanpa mengemis kasih, sayang, dan perhatian. pikir ku dalam renungan ditaman sore waktu itu.
diwaktu yang sama, aku beranjak dari taman lalu pergi menemui dia untuk mempertanyakan tentang keberlangsugan hubungan ku dan dia. selain itu juga, aku teramat inginnmengetahui ada apa dan mengapa dia berubah. kami bertemu diantara puncak tangga di kediamannya. disamping tembok pembatas, aku dan dia memulai pembicaraan.
"aku tidak ingin lagi membuang waktu dengan memikirkan ketidak jelasan hubungan kita. kedatanagan ku bukan lagi untuk mempertanyakan kenapa kamu berubah, kenapa kamu sering marah, kenapa sikap mu selalu dingin, dan kenapa kamu acuh kepada ku." ucapku
Ku pandang dia yang sedang merunduk terlihat sedih dan terdiam. nafas ku mulai tersedu untuk melanjutkan pembicaraan. tetapi, ini harus diselesaikan dan aku harus mendapatkan jawaban yang jelas darinya.
perlahan dengan nada halus ku sampaikan "jika kamu tidak ingin menjawab pertanyaan ku, kamu cukup mengangguk jika benar atau menggeleng jika tidak" . lanjut ku.
lalu dengan kayakinan penuh, aku mulai mengutarakan pertanyaan kepadanya. "apakah kamu sedang mencintai orang lain?" tanya ku dengan terbat-bata. lalu dengan posisi wajah yang tetap merunduk ia menganggukkan kepalanya pertanda 'iya'.
seketika aku menarik nafas ku sedalam-dalamnya lalu menoleh keatas karena tidak ingin terlihat bahwa aku sedang sedih. aku berusaha sekuat mungkin untuk menenangkan diri ku. sekian kalinya aku menghirup nafas ku dalam-dalam lalu mengutarakan pertanyaan ku yang kedua. "Jika benar begitu, berarti alasan mu yang mengatakan bahwa orang tua mu tidak menyetujui hubungan kita itu bohong? semua ini karena memang kamu yang tidak lagi suka dan sayang?"
masih pada posisi yang sama, lalu dia menganggukkan kepalanya pertanda 'iya' tanpa berkata sepatah pun. dengan refleks lisan ku berucap 'Allah' sambil mengadahkan wajah ku keatas dan mulai mengeluarkan air mata.
ku lihat ia yang mulai menangis tersedu-sedu. butuh beberapa menit untuk aku dan dia menenangkan diri dan kembali melanjutkan pertanyaan ku yang terakhir. "ini pertanyaan ku yang terakhir. aku mohon untuk dijawab. aku tidak akan marah dan tidak akan bertanya lagi."
"apakah aku mengenal orang itu? jika ia, siapa dia?. kamu jangan takut untuk menjawab. aku tidak akan bertindak bodoh".
benar saja, ketiga kalinya ia menganggukkan kepalanya pertanda 'iya' dan kemudian menuliskan nama lelaki itu di hp ku. iya, aku sangat mengenal siapa lelaki itu. lalu aku menyampaikan pesan dan ucapan terimakasih atas kesediaannya menjawab pertanyaan yang selama ini aku simpan. tanpa banyak bicara, aku mengucapkan salam lalu pergi.
Aku sangat terpukul dengan kenyataan yang ku terima hari itu. karena sebelumnya, aku sudah mempersiapkan satu buah bentuk cicin emas untuk kupinang dia. dan aku juga pernah menyampaiakan hajat ku itu kepadanya. tetapi disis lain aku merasa sangat puas karena aku sadar bahwa aku tidak dicintai olehnya dan dia mencintai orang lain dibelakang ku.
sejak itu kehidupan ku sedikit berubah. aku mulai berusaha mendekati wanita-wanita lain. tujuan ku bukan untuk tulus mencintai melainkan untuk ku permainkan dengan maksiat. sebenarya aku tahu apa yang telah aku lakukan. aku sadar bahwa itu perbuatan salah dan keji. namun sakit hati ku terhadap wanita yang tidak mengahargai tulus kasih sayang ku membuat ku berfikir untuk balas dendam. Dalam jangka waktu 1 tahun berikutnya keseharian ku hanya bermaksiat dan terus mencari wanita sebagai 'sasaran' yang akan aku gauli. Kehidupan yang Hitam, kelam, dan penuh dendam. hasrat, maksiat dan sesat.
Suatu hari, ntah mengapa aku sangat teringin datang ke taman yang pernah aku datangi sebelumnya. Seperti ada kerinduan yang teramat dalam bersama taman itu. berpakaian rapih dan wangi lalu aku pergi menuju taman. Setibanya ditaman aku memarkirkan kendaraan ku dan aku kebingungan apa yang harus aku lakukan. aku tidak berjanji kepada seseorang, tidak pula mencari sesuatu ditaman itu. kemudian aku berjalan menyusuri taman kota itu dan tiba-tiba pandangan ku mengarah kepada kursi besi bekas yang terletak dipojok taman. seakan membuka memori lama, terbesit diingatan ku satu pesan "kalau kita baik kepada orang, orang juga akan baik kepada kita. jika kita berharap pasangan yang baik, maka kita juga harus baik. perilaku, sikap, dan sifat kita haruslah baik." .
lalu aku menghampiri kursi itu dan teringat suatu hal kalau dulu aku dan dia pernah duduk dan bercengkrama ditempat ini. dan itu adalah pesan yang pernah ia sampaikan kepada ku jauh sebelum hubungan aku dan dia berantahkan. Aku merasa malu dengan diri ku sendiri dengan apa yang selama ini telah aku perbuat. Aku merasa berdosa dan salah kepada wanita-wanita yang pernah aku hinakan diri mereka atas perilaku ku sendiri. Sejak itu aku mulai memperbaiki diri, dengan tidak lagi mendekat diri ku pada maksiat. Aku mulai menjalankan aktivitas yang positiv dan pembekalan rohani ku dengan memperbanyak amal ibadah untuk Menguatkan iman.
Setelah 1 tahun berlalu, aku mulai berfikir untuk mencari pendamping hidup.dengan kasih sayang tulus dan ikhlas.
Aku mulai mengenal seorang perempuan. Orangnya sederhana, sopan dan santun menurut ku. Kami berkomunikasi layaknya teman biasa. Dengan tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, aku mengajak perempuan tersebut untuk bertemu disebuah tempat. Sesampainya disana, dengan berserah diri kepada Allah, aku menyampaikan niat ku kepadanya bahwa aku ingin melamarnya. Sontak saja saat itu juga ia terkejut dengan pernyataan ku. Dengan nada lembut ia berkata "Aku ucapkan terimaksih atas niat baik mu. Tetapi Aku mohon maaf sebelumnya, aku belum siap untuk saat ini". Ucapnya.
Aku tersenyum dan menerima ikhlas balasan yang ia sampaikan. "Tidak apa-apa.aku bisa mengerti dengan keputusan mu.aku juga ucapkan terimakasih atas waktu dan kesempatan mu".
Seperti tidak ada kejadian apa-apa, kami tetap melanjutkan obrolan sambil menikmati hidangan yang sebelumnya kami pesan.
Lalu aku memutus untuk berikhtiar mencari perempuan yang bisa kenerima aku. Tidak berselang lama setelah kejadian itu, dalam waktu 2 bulan aku telah berhasil mendekati seseorang perempuan dan aku terus mengikutinya selama 5 bulan sembari memantapkan diri ku agar lebih baik lagi. Dan singkat cerita, aku mengajak ia bertemu dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Namun jawaban perempuan ini tidaklah berbeda dengan perempuan sebelumnya yang juga pernah ingin ku lamar. Dan masih sama pula, aku hanya tersenyum menerima ikhlas.
Dengan berpegang teguh kepada prinsip sekian kalinya aku terus berusaha mencari perempuan yang bisa menerima aku. Dan benar saja, lagi-lagi aku berhasil mendekati seseorang.dan benar saja, hajat dan niat ku ditolak dengan alasan yang sama pula.
Ini yang ke empat kalinya aku gagal dalam mendapatkan pendamping. Aku mulai berfikir bahwa ini adalah teguran dan ganjaran untuk ku atas perilaku dan kesalahan yang pernah aku kerjakan dulu.
Hingga saat ini, aku berniat untuk berhenti sejenak mencari perempuan yang bisa menerima aku. Dan terus memperbaiki diri serta beramal sholeh. Berharap diberikan jalan terbaik oleh-Nya.
Bukan tanpa alasan, atau terburu-buru.aku melakukan itu (melamar langsung) karena aku berusaha untuk menghindari pacaran yang bagi ku hanya menjadi peluang bagi ku untuk mempermainkan perempuan,menyakitinya, dan melecehkannya. Sedangkan aku adalah laki-laki yang kelak akan menjadi pemimpin bagi keluarga ku. Bagi ku, semua ini adalah hikmah. Bersambung....
Demikianlah bualan hari ini..wkwk
-Sekian terimaksih-
*Bersumber dari sebuah Catatan harian.
Setelah 1 tahun berlalu, aku mulai berfikir untuk mencari pendamping hidup.dengan kasih sayang tulus dan ikhlas.
Aku mulai mengenal seorang perempuan. Orangnya sederhana, sopan dan santun menurut ku. Kami berkomunikasi layaknya teman biasa. Dengan tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, aku mengajak perempuan tersebut untuk bertemu disebuah tempat. Sesampainya disana, dengan berserah diri kepada Allah, aku menyampaikan niat ku kepadanya bahwa aku ingin melamarnya. Sontak saja saat itu juga ia terkejut dengan pernyataan ku. Dengan nada lembut ia berkata "Aku ucapkan terimaksih atas niat baik mu. Tetapi Aku mohon maaf sebelumnya, aku belum siap untuk saat ini". Ucapnya.
Aku tersenyum dan menerima ikhlas balasan yang ia sampaikan. "Tidak apa-apa.aku bisa mengerti dengan keputusan mu.aku juga ucapkan terimakasih atas waktu dan kesempatan mu".
Seperti tidak ada kejadian apa-apa, kami tetap melanjutkan obrolan sambil menikmati hidangan yang sebelumnya kami pesan.
Lalu aku memutus untuk berikhtiar mencari perempuan yang bisa kenerima aku. Tidak berselang lama setelah kejadian itu, dalam waktu 2 bulan aku telah berhasil mendekati seseorang perempuan dan aku terus mengikutinya selama 5 bulan sembari memantapkan diri ku agar lebih baik lagi. Dan singkat cerita, aku mengajak ia bertemu dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Namun jawaban perempuan ini tidaklah berbeda dengan perempuan sebelumnya yang juga pernah ingin ku lamar. Dan masih sama pula, aku hanya tersenyum menerima ikhlas.
Dengan berpegang teguh kepada prinsip sekian kalinya aku terus berusaha mencari perempuan yang bisa menerima aku. Dan benar saja, lagi-lagi aku berhasil mendekati seseorang.dan benar saja, hajat dan niat ku ditolak dengan alasan yang sama pula.
Ini yang ke empat kalinya aku gagal dalam mendapatkan pendamping. Aku mulai berfikir bahwa ini adalah teguran dan ganjaran untuk ku atas perilaku dan kesalahan yang pernah aku kerjakan dulu.
Hingga saat ini, aku berniat untuk berhenti sejenak mencari perempuan yang bisa menerima aku. Dan terus memperbaiki diri serta beramal sholeh. Berharap diberikan jalan terbaik oleh-Nya.
Bukan tanpa alasan, atau terburu-buru.aku melakukan itu (melamar langsung) karena aku berusaha untuk menghindari pacaran yang bagi ku hanya menjadi peluang bagi ku untuk mempermainkan perempuan,menyakitinya, dan melecehkannya. Sedangkan aku adalah laki-laki yang kelak akan menjadi pemimpin bagi keluarga ku. Bagi ku, semua ini adalah hikmah. Bersambung....
Demikianlah bualan hari ini..wkwk
-Sekian terimaksih-