Kejam?! Ku rasa tidak. Perhatian terhadap sosial masyarakat semakin merendah. Aku menyakini sejak aku lahir sebagai bagian dari masyarakat bahwa hidup berkelompok, berbagi, tolong menolong dan gotong royong bagian dari politik. Aku tidak hidup di zaman kolonialisme yang pada saat itu senjata api di sewakan dengan bebas, siapapun bisa memilikinya walau hanya sesaat asalkan mereka memiliki uang untulkmembayarnya.
Aku percaya kapasitas manusia melebihi makhluk lainnya. Hidup berdampingan berbagi oksigen untuk tetap hidup. Tetapi, perubahan ini sudah terjadi. Politik berubah menjadi senyum, lirik melirik, pandang sebelah mata, dan abai mengabaikan.
Aku percaya kapasitas manusia melebihi makhluk lainnya. Bertindak dengan perencanaan, bersikap dengan ketenangan, dan diam dengan kecerdasan. Tetapi, perubahan ini sudah terjadi. Politik berubah menjadi senggol menyenggol, jatuh menjatuhkan, saling melanggar bahu, tertepuk tangan terbesit benci hati.
Ku jalani aturan untuk kemudahan hidup. Namun tidak demikian saat ini. Berita heboh dimana-mana. Emak-emak mulai khawatir. Siswa mulai terbatas geraknya. Nelayan, petani, dan buruh mulai memikirkan nasibnya. Mahasiswa mulai kalang kabut memikirkan jalan keluarnya, kebingungan dan rumit.
Hingga hari ini?Aku menyakini diplomasi terbaik adalah citra, norma, dan adab bersama tetangga sebelah dinding rumah ku. Namun, khawatir perlahan sudah mulai memudar.
"Yang dikiblatkan ternyata juga berkiblat"
_Pesan Emak_
Catatan terakhir saat itu.
Diulang pada 15 Desember 2019. 17:56 WIB