Penjelasan yang didalam tafsir independensi HMI di konstitusi, dapat kita pahami bersama bahwa HMI memiliki keteguhan dan prinsip dalam menjalankan organisasi "hakekat dan mission" HMI.
Namun apakah cukup HMI secara organisatoris saja yang memiliki sifat independen tersebut? maka jika aplikasi perkaderan dan pengkaderan yang ada di HMI, dapat kita katakan sifat independensi tidak hanya harus dimiliki oleh HMI secara organisasi namun juga wajib bagi setiap kader-kadernya HMI secara idividual.
Kanda/yunda pengurus di HMI?
sudah memahami pedoman kepengurusan? pernah membacanya? pernah mengulasnya?
belum? saya juga belum.
"loh,,,HMI itukan sesuatu yang mati. yang menghidupkan HMI adalah kader-kadernya.
Ketika HMI secara organisasi sudah dikatakan independen, berarti otomatis kadernya juga independen dong? kan kadernya yang menjalankan dan menggerakkan HMI"
pernah membaca konstitusi HMI?
pernah membedahnya?
sudah memahaminya dengan baik dan tepat?
sudah terstruktur dan tersistematiskah cara berpikir dan bertindak?
belum? saya juga belum.
Iya, sekilas pemahaman diatas tidaklah salah. namun tidak pula sepenuhnya dapat dijadikan pondasi mutlak dalam bertindak atau menjalankan HMI. didalam tafsir independensi HMI, sifat independen tersebut haruslah menunjukkan karakter dan kepribadian kader HMI dalam implementasi pola pikir, pola sikap dan pola laku kader HMI.
Diantaranya adalah pertama, cenderung kepada kebenaran (hanief). kedua, bebas terbuka dan merdeka. ketiga, obyektif rasional dan kritis. keempat, progresif dan dinamis. dan kelima, demokratis, jujur dan adil.
Saya selalu mengatakan, bahkan mungkin salah satu latar belakang terbitnya buku "44 indikator kemunduran HMI" versi Agussalim Sitompul, disebabkan oleh faktor Independensi Kader HMI. tidak tidak pula berpikir sempit didalam memahami independensi kader, namun perlu sekiranya memberikan pendapat ini:
1. Kader HMI yang cenderung kepada kebenaran:
Berdasarkan observasi sementara diinternal HMI, "cenderung kepada kebenaran" seorang kader HMI dikarenakan 2 faktor yakni keterlibatan penuh senior-senior di HMI dan keterlibatan pola pikir kader HMI.
Kader HMI adalah kumpulan pemuda mahasiswa islam. secara psikologis keberadaan pemuda mahasiswa islam yang tergabung dlam Hmpunan Mahasiswa Islam yakni dengan memahami status dan fungsi dari HMI dan ini adalah cara memahami esensi independen HMI.
Yang menjadi persoalannya ialah, tat kala kebenaran itu didapatkan atas dasar tahu bukan karena pemahaman. membenarkan siapa yang berbicara, siapa yang lebih dulu "mempolesnya" dan siapa yang sering diajak duduk untuk bercengkrama. maka muncul istilah didalam pengaplikasian bab Ketuhanan yakni me-Tuhankan manusia yang senior.
Disis lain, kader HMI yang cenderung kepada kebenaran akibat keterlibatan pola pikir dan cara berpikirnya terhadap HMI. kader yang HMI yang cenderung kepada cara berpikirnya ini akan hanya membenarkan menurut pikirannya saja tanpa adanya pertimbangan atas pemikiran orang lain.
Hal ini bsia saja terjadi karena dukungan yang dianggapnya sbegai hak merdeka dalam bertindak dan berpikir. didorong oleh tidak memahami konstutusi HMI, mission HMI dan pedoman pengkaderan HMI.
Sehingga "cenderung kepada kebenaran" yang diapatkan kebenarannya tersebut bukanlah untuk proses pengembangan diri, melainkan sebatas kebanggaan tanpa pertumbuhan proses.
2. Kader HMI yang Bebas terbuka dan merdeka:
Bebas terbuka dan merdeka? iya HMI memang bebas terbuka dan merdeka. dalam menerapkan disiplin proses bagi kadernya, HMI sangat terbuka dan bebas serta merdeka.
Namun, bebas terbuka dan merdeka bagi kader HMI, jika tidak diseimbangi dengan pengkaderan yang tepat, dapat disalahkan arti makna dan tujuannya. ada watak yang terus dipertahankan sebagian akder HMI untuk bisa Bebas terbuka dan merdeka yakni ketergerusan terhadap hakikat merdeka dan bebas.
Dalam membimbing setiap kader HMI agar terbina, tidak setiap kader dapat diberlakukan dengan motode yang sama. ada sebagain akder HMI yang memang sudah mendapatkan proses pengembangan diri sebelum menjadi kader.
Ada juga yang sudah "besar" sebelum menjadi kader dan lain sebagainya. namun, hal ini pada dasarnya tidak berlaku bagi HMI. karena HMI organisasi parkaderan, sehingga setiap kader-kader baru HMI haruslah mengikuti dan dan berhak mendapatkan pengkaderan didalam HMI.
Tujuannya ialah untuk memperkokoh nilai-nilai perjuangan HMI dan menamankan sifat kepeloporan HMI. nah pada tahap ini, bagi kader HMI yang mengelak dari proses pengkaderan HMI seperti tidak suka diberikan dan menerima saran, tidak suka dikritik, maunya dihargai tanpa mampu menghargai, taunya pasti benar tidak boleh ada yang membantah jika membantah tidak akan disukai dan merasa tertindas, tidak dihormati tidak dihargai serta lainnya, yang demikian akan memahami dengan keliru sifat bebas terbuka dan merdeka sebagaimana yang dimaksud.
Sehingga, hendaknya kita pahami bersama bahwa sifat terbuka bebas dan merdeka yang dimaksud ialah adanya kesadaran, kemauan dan usaha. Jika komitmen HMI kepada lembaga diluar HMI tanpa keputusan organisatoris itu dilarang, maka berkomitment kepada pikiran sendiri juga harusnya tidak dibenarkan dan harus sadar.
3. Kader HMI yang Obyektif Rasional dan kritis:
Lagi-lagi persoalan membenarkan sesuatu. secara arti saja, sifat yang obyektif berarti menunjukkan adanya kebenaran yang dipahami, diketahui dan dipelajari sesuai dengan fakta tanpa adanya dukungan pendapat ekternal.
Belakangan ini, obyektif malah kebalik. kebenaran fakta atas pendapat bukan atas kebenaran yang fakta. yang menyebabkan timbulnya sentimental antara pikiran dengan apa yang diketahui.
Didikan sentimental saat ini semakin hidup dilingkungan internal kader HMI. terutama diantara komsiariat dan antara junior-senior dengan senior-junior lainnya.
Maka tidak dapat diakatakan penilaian tersebut sudah obyektif jika yang kita pahami dan kita dengar hanyalah sumber dari pendapat orang lain. sebagai seorang kader yang memiliki prinsip, pandangan obyektif harusnya dapat dicerna dengan baik agar apa ayng dieprbuat, dipikirkan, dan dikerjakan daapt dibuktikan secara rasional.
Salah satu mata pisau kajian HMI adalah bependapat dan menganalisis penomena dengan obyektif rasional dan kritis. artinya, ketika cara berpikir dan cara pandang saja sudah tidak terstruktur, maka sulit bagi kader HMI untuk kritis. akrena "bahan" yang dimiliki bukan berdasarkan pengumpulan informasi dan data yang obyektif dan ini berbahaya jika diteruskan, karena ketidak benaran informasi dapat merambat kepada kader-kader lainnya.
Pada akhirnya, sentimental ini terpelihara dan tumbuh subuh dilingkungan HMI. dampaknya ialah terhadap perkembangan pola pikir kader HMI.
4. Kader HMI yang progresif dan dinamis:
Larena HMI adalah organisasi kader, tentunya harus ada pergerakan yang berubah kearah yang lebih baiuk dan terstruktur.
Bergerak secara aktif dan adanya perkembangan yang baik teruus memiliki peningkatan kebaikannya didalam diri setiap kader HMI. perkembangan yang diharapkan didalam konstitusi HMI adalah perkembangan pemikiran dan pergerakan kader HMI.
Sehingga konstitusi memandang serius mengenai kader HMI yang harus progresif dan dinamis. itu pula yang menjadikan setiap kader HMI harus di followup baik formal maupun non-formal. guna menginatkan kembali nilai-nilai eprjuangan HMI yang menjadi langkah untuk pencapaian tujuan HMI.
Kemudian dilakukan peningkatan terhadap kualiatas kader-kader HMI. perkaderan HMI saat ini masih terus berlanjut dan bahkan meningkat di setiap cabang maupun komsiriat.
Namun, menurunnya semangat mahasiswa islam dan semangat kader dalam menjalankan dan berproses di HMI, menjadi proses perkaderan di HMI terkesan hanya sebatas formalitas saja untuk memperbanyak jumlah kader, namun sedikit diiringi dengan kualiatas.
Dikarenanya, sifat yang progresif dan dinamis kader HMI tidak mutlak terletak pada kuantiats namun harus + kepada peningkatan kualitas.
5. Kader HMI yang demokratis, jujur dan adil:
Dalam beberapa forum resmi HMI seperti di RAK, Konfercab, Muskoh dan sebagainya, demokratis sangat mudah dan sangat dapat kita rasakan keberadaannya. berlaku mutlak. kira-kira bisa dikatakan demikian.
Namun pada kelompok "lingkaran" HMI, kita akan dengan mudah menemukan adanya keputusan-keputusan yang dibuat secara sepihak. bahkan bertindak secara sepihak. Sepihak tanpa mempertimbangkan konstitusi dans epihak tanpa memperrtimbangkan keputusan pengurus yang berhak memebrikan keputusan.
Terkadang, mentang-mentang sesama pengurus baik cabang maupun komsiariat, ia berhak membuat keputusan tersendiri. perlu kedewasaan didalam memahami hak demokrasi. ada kalanya situasi dan kondisi sebenarnya amsih dapat dikendalikan, hanya saja terus dijadikan keadaan yang darurat.
Seakan-akan harus segera diputuskan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. sehingga munculah "hak demokrasi individu" setiap kader HMI. dari sini saja, kader HMI tidak jujur dan tidak adil terhadap dirinya sebagai kader atau sebagai pengurus dan terhadap HMI.
Maka dari itu, sering kali kita saksikan kader-kader "liar" yang sering bertindak sesuai dengan apa yang dia mau, tanpa adanya msuyawarah, pemberitahuan terlebih dahulu, izin, komunikasi, koordinasi dan konsolidasi di internal HMI.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah, independensi HMI secara organisatoris dan etis harus ditanamkan pemahamannya pada setiap diri kader HMI. bertindak sesuai dengan konstitusi HMI, pedoman-pedoman yang ada di HMI baik pedoman perkaderan, pedoman kepengurusan maupun pedoman administrasi HMI.
Minimal jika ini dapat diterapkan dengan baik, HMI akan lebih baik dalam proses pengkaderannya.
bahagia HMI
Jayalah KOHATI
Yakin Usaha Sampai.
Bersambung..
_Pesan Emak_