"Diperlukan adanya kode etik khusus secara tertulis oleh kampus untuk penggunaan almamater"
E-Blog,Tanjungpianang,Kepri| sebagai seorang alumni almamater perguruan tinggi di Tanjungpinang, menjadi tangungjawab dan sekaligus beban moril bagi kami pribadi dan alumni-alumni perguruan tinggi lainnya untuk tetap berada diporos pembinaan dan pengawasan perkembangan kampus yang pernah kami jalani sebelumnya.
Dari sudut pandang manajemen operasi, alumni merupakan hasil output dari seluruh proses yang telah kami jalani selama menempuh pendidikan. Tanpa kebetulan, saya pernah menempuh pendidikan tinggi di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang dan saat ini sudah menjadi alumni UMRAH.
dari sekian banyak sistem dan fasilitas yang dibangun di UMRAH baik pendidikan maupun personalitinya, perguruan tinggi yang disebut "kampus biru" ini berhasil memberikan didikan yang baik yang dapat saya rasakan hingga hari ini. meliputi keilmuan, pengetahuan, jaringan dan pengalaman ayng mampu dikembangkan dan diberdayakan baik secara pribadi maupun berkelompok sesuai dengan mampu tidaknya kami berhadapn dengan "arus" perkembangan zaman dibidang keilmuan. sehingga berdasarkan itu pula, kami senantiasa diamanhkan untuk memiliki skill yang mumpuni dibidangnya masing-masing.
disisi lain sebagai alumni pula, tidak patut rasanya jika ketersediaan lapangan pekerjaan menjadi sebuah tuntutan yang harus di lemparkan kepada pihak kampus. karena sejak awal kuliah, kami dan kita semua sudah mengenakan pakaian kebesaran yang kita kenal dengan almamater. almamater secara fisik sudah tidak menjadi bagian pakaian resmi kami lagi, namun secara moril, almamater akan terus melekat pada diri kami kemapaun dan dimanapun kami berada. ini pula yang menyebabkan suatu kondisi resiko akademis yang harus kami terima. maka dari itu pula, patut baginya kami tetap konsisten didalam memberikan sumabngsih dan konstribusi yang maksimal sebagai alumni untuk perkembangan dan kemajuan kampus, seminalnya ialah dengan saran dan masukkan.
kita kembali ke almamater. almamater sebagai baju atau pakaian resmi perguruan tinggi, kami kenakan dengan penuh rasa bangga sebagai suatu identitas kemahasiswaan kami. digunakan disaat sedang ujian pertengahan mapun akhir semester, saat sedang orientasi, menhadiri acara-acara resmi utusan atau perwakilan perguruan tinggi dan yang paling menarik adalah sebagai identitas pergerakan saat turun lapangan dan "turun" kejalan.
diyakini kebanyakan mahasiswa bahwa almamater memiliki "kekuatan mistis" yang mampu membangkitkan "gairah" bagi mereka yang mengenakannya. apalagi disaat sedang "turun" ke jalan untuk aksi, wah sangat luar biasa sekali. saat dikenakan tubuh yang lemah terasa seketika menjadi semangat, bagkit jiwa intelektualnya sekalipun tidak intelek, bangkit jiwa pengorbanannya sekalipun tidak mengerti apa-apa dan sebagainya. ini fenomena yang biasa terjadi. ada banyak manfaat dari sehelai almamater jika dipergunakan secara tepat baik waktu maupun momentumnya. namun pula, bisa berdampak negatif jika penggunaan almamater tidak didasari oleh kode etik perguruan tinggi.
sebagai gambaran, kita bisa menyaksikan dengan mata telanjang ketika status mahasiswa menjadi satu kesatuan melekat pada sehelai almamater. "kamu pakai almamater, berarti kamu mahasiswa". begitulah kira-kira.
tidak semua perguruan tinggi menerapkan aturan khusus untuk "baju kebesaran" ini. namun secara tersirat, perguruan tinggi manapun itu dan apapun statusnya mau swasta ataupun negeri, masing-masing memiliki kode etik yang sama-sama berlaku terhadap almamater. yakni setiap wahasiswa wajib menjaga nama baik kampus dan berupaya mencegah potensi pencemaran nama baik kampus yang melekat disebalik almamater. ini yang kami pikir perlu dipahami oleh seluruh mahasiswa.
artinya, ada nilai-nilai yang ahrus dijaga dari sehelai almamater yang kita kenakan. tidak sembarang tempat dan tidak semabrang waktu atau momentum dapat atau bisa menggunakan almamater tersebut.
nama baik kampus sangat mudah tercoreng ketika ada contohnya aksi unjuk rasa yang megatasnamakan sebuah gerakan dari organisasi, komunitas atau kelompok tertentu namun menggunakan almamater kampusnya. sekalipun aksi unjuk rasa itu benar adanya sesuai fakta dan data, namun almamater memiliki fungsi dan kedudukannya tersendiri dilingkup perguruan tinggi.
tetaplah perguruan tinggi yang akan menjadi sasaran penanggungjawab apapun yang dilaksakan oleh mahasiswanya. baik bahkan buruknya sekalipun. turun kejalalanan untuk aksi misalnya mengatasnamakan organisasi aliansi mahasiswa tepi sungai, yang terdiri dari latar belakang berbagai perguruan tinggi dasarnya, namun identiats yang digunakan adalah almamater kampusnya masing-masing. mungkin ini yang dapat dikatakan etis dan tidak etisnya ketika mahasiswa kelaur dari ketentuan-ketentuan nilai-nilai akademis yang merujuk apda tri dharma perguruan tinggi.
salam hormat kami,
alumni UMRAH Tanjungpinang,
Edi Putra