Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
keng-kawan !!!
keng-kawan !!!
Ini dia,,,,jenggg,,jenggg
"DONGENG YANG FAKTA"
"Pantun Rakyat "
Ada Ulat ada Bulu
Jika Digabungkan Menjadi
Ulat Bulu"
_Pesan Emak_
"Pantun Rakyat "
Ada Ulat ada Bulu
Jika Digabungkan Menjadi
Ulat Bulu"
_Pesan Emak_
Pada suatu hari, Raden Arif’ain memerintahkan Tuan
Jebat Patih Shondi untuk mengadakan
pertemuan kerajaan bersama para menteri dan penasehat kerajaan. Dengan tidak
banyak membantah (dalam bahasa Kumpang Bagis, membantah adalah “cengkonek”), Tuan
Jebat Patih Shondi pun langung
memberikan mandate kepada Adipati frabu Yad’I untuk mengumpulkan semua
perangkat-perangkat kerajaan. Lalu berkumpulah mereka didalam istana (dalam
bahasa Kumpang Bagis, istana adalah Sekretariat) untuk bermusyawarah.
Singkat
cerita (cerita dalah “bual-bual” dalam bahasa Kumpang bagis), Raden Arif ‘Ain
menyampaikan “ Bulan depan Kita akan mengadakan pertemuan besar kepada seluruh
kerajajaan-kerajaan yang berada diwilayah Kumpang Bagis. Maka dari itu aku
perintahkan kalian untuk mempersipakan segala kebutuhan-kebutuhan didalam pertemuan
itu.” Perintahnya (perintah dalam baha Kumpang Bagis adalah “Koar-Koar”).
Raden Arif ‘Ain, Tuan Jebat
Patih Shondi, dan Adipati Fabru Yudarso sebenarnya kualahan (kualahan
dalam bahasa Kumpang Bagis adalah “penat”) dalam mempersiapkan segala kebutuhan
untuk pertemuan besar tersbut, ini
dikarenaka Ki Ewain sendang bersemedi didalam Gunung Kelut sebelah Utara
Kerjaan Kumpang Bagis. Untungnya saja Temenggu Mahur Sutadijaya memberikan
kabar akan segera kembali (kembali dalam bahasa Kumpang Bagis adalah “balek”)
dan selesai dari pertapaannya di bukit Gersang sebelah Timur Kerajaan Kumpang
Bagis.
Setelah beberapa minggu banting-banting tulang, akhirnya
tibalah pada jadwal yang telah ditentukan. Acara pertemuan tersebut diumumkan
kepada seluruh rakyatnya melalui Perintah Raden Arif ‘Ain dengan mengangkat
Demang Dimaisi Purro Yogya sebagai Hariya
Pati. Namun keputusan Raden Arif ‘Ain ini mendapat penolakkan dari wilayah
Mekar Ijo. Karena beralasan Demang Dimaisi Purro Yogya belum menyelesaikan Semedinya
di Bukit Barisan sebelah Barat Laut Kerjaan Kumpang bagis, sehingga tidak pantas untuk diangkat sebagai Hariya Pati. Dan pada akhirnya, agar tidak adanya kesalah pahaman dan
perpecahan dilingkungannya (Perpecahan dalam bahasa Kumpang Bagis adalah "Bacot Grup"), ditunjuklah Temenggu Mahur Sutadijaya sebagai Hariya Pati. Ini dikarenakan
Temenggu Mahur Sutajadi telah selesai melewati pertapaan-pertapaan di Bukit
Gersang dan Bukit barisan selama 55 hari tnpa tidur dan hanya makan tanpa
minum(dalam bahasa Kumpa bagis Tanpa Minum adala “Tepegek”).
Dengan keseriusan menjalankan perintah kerajaan, pada malam
1 musro pertemuan besar itupun dilaksanakan dengan aman, tenang, dan damai.
Tidak sampai disitu saja, pertemuan itu berlanjut dengan
bersemedi di Gunung Bintan selama 7 hari 7 malam tanpa tidur (dalam bahasa
Kumpang Bagis Tanpa Tidur adalah “Tebelalak”) bersama seluruh pembesar-pembesar
kerajaan disekawasan wilayah Kumpang bagis. Persemedeian ini dilakukan untuk menyambut
dan mengenang hidup Raden Arif ‘Ain yang akan wafat tidak lama lagi berdasarkan
prediksi 4.0 (kepercayaan orang
dulu). Benarkah demikian ? Bersambung...
"Berlanjut dengan kembalinya Titisan Raden Erdiansyah di dalam kerajaan Raden Arif 'Ain