Aku bukanhewan sirkus yang kelaparan dan kurus kering tidak berdaging gara-gara si Tuannya hanya memikirkan bagaimana aku bisa bermain dan tampil menakjubkan didepan penonton. Sedikit Diberikan makan, banyak bergerak. Tanpa manfaat dan kandungan gizi, ."
Tanpa lagi berfikir logis mengutarakan kekhawatiran dampak yang akan diterima kader HmI diseluruh Nusantara.
Berlebihan? Dirasakan Tidak. Politisnya PB, hanya untuk PB.
"Kenapa banyak kebencian di HmI? Kenapa HmI bisa berkonflik seperti ini? Katanya HmI semakin dewasa dengan bertambahnya usia HmI? Ah...tak jelas."
Sebagian kader-kader HmI tengah menikmati tontonan hebat lagi menakjubkan yang sedang di tampilkan Pengurus Besar HmI. Bicara PB-HmI berarti bicara "nasional publik". Yang mengarah pada psikologi politik dan karakter sosial intern HmI.
HmI memberikan pendidikan kedewasaan dalam berfikir dan bertindak agar kader-kader HmI tidak mudah terpengaruh terhadap konflik-konflik yang sering terjadi dilingkungan HmI yang mengakibatkan kekesalan, rasa malas, hingga ketidak aktifan yang biasanya disebut dengan "baperan".
Hal seperti ini juga dianggap "biasa" dilingkungan internal HmI oleg sebagian kader, bahkan dengan sadar dan sengaja diciptakan. "HmI kalau berkonflik itu sudah biasa, terutama konflik di internal. Tapi itu merupakan bagian dari proses pendewasaan diri. Jadi jangan heran kalau melihat banyak dinamika-dinamika yang terkadang membuat kita merasa itu adalah "permusuhan" di HmI".
Tidak salah dan tidak pula sepunuhhya benar. Berproses dengan "ketidaknyamanan" memang kerap kali menjadi senjata ampuh untuk mengukur kemampuan kader-kader HmI. Sayangnya, itu menjadi hal yang bersifat keseharusan.
Ada beberapa persoalan yang menjadi kekurangan, diantaranya ialah :
1. Kader HmI mampu dan cakap terhadap penciptaan dinamika dan konflik untuk mendidik kader HmI lainnya. Tetapi, setelah di kader menerima rekayasa dinamika dan konflik tersebut, dengan bermacam-macam tanggapan sikap dan perilaku, "aktor" pencipta dengan santai lari tanpa memberikan penjelasan atau meluruskannya.
2. Banyak Kader HmI pintar dan cerdas melihat "peta" isu yang berkembang baik di Pengurus besar sampai kebawah. Tetapi sedikit yang cerdik menanggapi persoalan yang tersebut.
3. Semua dinamika dan konflik, dianggap bagian dari "masalah/persoalan" bersama.
Kecerdikan yang dimaksud ialah, tentang kapasitas dan kulitas kader HmI yang tidak semuanya bisa disama ratakan atau disetarakan. Logikanya begini, salah satu kata saja dalam penyampaian kalimat, maka keliru pula arti dan maknanya.
Contoh pernyataan tentang "Kader HmI berpolitik" sedangkan di konstitusi mengatakan tentang "ndependensi HmI". Lalu salahkan jika kader berpolitik?
Kalau dlirik dari kata "politik"nya maka sebagai makhluk sosial, manusia mana dan manusia siapa di bumi ini yang tidak berpolitik selama masa hidupnya? Dari politik ia berkenalan, bercengkrama, bersekolah, berkerja, termasuk berorganisasi dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan ketika setiap kali kader bertemu sapa kepada orang lain, maka saat itulah ia berpolitik. Inilah yang kita maksud dengan karakter sosial.
Kembali kepada sirkus HmI.
"Suka atau tidak suka, seluruh kader harus menerima dengan adanya dinamika dan konflik yang hari ini ada dan berkembang di HmI".
Ya pernyataan diatas memang beanar dan sangatlah tepat. Semua kader dapat menerimanya, tetapi dapatkah semua kader memahaminya? "Pokoknya ikuti sajalah.nanti kalian paham".
Paham akan digapai dengan melalui proses memberikan pemahaman. Pemahaman akan didapat melalui proses penjelasan. Penjelasan akan didapat melalui proses interaksi aktif dan terbuka.interaksi terbuka akan didapat melalui proses pendekatan sosial. Itulah yang dimaksud dengan psikologi politik.
PB-HMI bisa dikatakan telah berhasil mengelabui kader-kader HmI dengan konflik yang mereka ciptakan dengan sadar.
Jika kira telaah bersama, persoalan bermula ketika terjadi tuduhan kasus Saddam Lalu berkembang hingga ke pemecatan yang kemudian di PJ kan kepada Arya yang sebelumnya sebagai sekretaris jendral.
Kabari ini tersebarluas keseluruh kader-kader HmI dari badko hingga kepada komisariat. Mulailah, ocehan, kritikan, saran, pendapat, bantahan, dimulai.
Lalu berlanjut dengan bertahannya Saddam sebagai Ketum PB-HmI. Disisi lain, Arya juga mengakui ia sebagai PJ. PB-HmI sebelumnya.
Dan tersebar luas lagi keseluruh kader-kader HmI. Bertambah lagi ocehan , masukan, pendapat, saran, dalan lain sebagainya untuk PB-HmI.
Disini lah kader HmI mulai terbuai dengan perkembangan isu dan keluar dari Fokus Masalah Utama di PB-HmI.Kader dibawah mulai bertanya-tanya "jadi siapa sebanrnya ketum PB? Saddam atau Arya?
Tidak hanya sampai disitu saja berlanjut lagi hingga kepada Pleno 2 PB-HMI sebelah Saddam.
Kemudian kader-kader dibawah mulai sibuk tak beraturan. "Benarkah akan terjadi 2 kongres?" Pedebatan mulai memanas. Semakin bertambah emosional kader HmI. Dan eh ternyata? Arya juga melaksanakan Pelenonya dengan membawa nama PB-HmI.
Beradar lagi meluas ke kader-kader HmI diseluruh Nusantara. Mulailah pembesar-pembsar alias senior HmI memunculkan Tokoh Baru untuk menentukan suara ketiga. Mainan lagi dan rekayasa lagi.
Yang tidak paham seperti kami, akan melihat pecah beling yang terjadi di HMI.bukan lagi keretakan.
Urusan Kemaslahatan tidak lagi jadi pembahasan peneyelesaian. "Sudahlah, itu urusan PB.biar badko dan cabang yang mengurusnya bersama PB.karena suara mereka ada disitu.komisariat sampai jugkir balik pun tidak akan dapat memperngaruhi PB."
Grafik permasalahnnya meningkat pesat. Yang dibawah mengikuti perkembangan grafiknya.
Permainan kah ini?
Bukan. Ini usaha percobaan prakter untuk melihat kemunduran HmI.
Jika dulu terjadinya MPO dan DIPO karena faktor eksternal, hari ini pemisahan terjadi karena faktor internal.
Jika dulu dualisme organisasi, hari ini dualisme kepemimpinan.
"Yang dibawah jangan ikut campur, ini persoalan Pusat".
Kemudian setelah memang terjadi dan berlanjut pemisahan ini, Perkaderan HmI yang akan terhambat.
Menyibukkan konflik dan dinamika internal HmI, tapi lupa dengan eksternal HmI yang sedang mencari kelemahan HmI. Payung HmI tertutup, karena besi-besi rangkanya patah. Yang tersisia hanyalah kain payung yang layu menyelimuti gagang payung.
Salam Yakin Usaha Sampai (*)
HmI memberikan pendidikan kedewasaan dalam berfikir dan bertindak agar kader-kader HmI tidak mudah terpengaruh terhadap konflik-konflik yang sering terjadi dilingkungan HmI yang mengakibatkan kekesalan, rasa malas, hingga ketidak aktifan yang biasanya disebut dengan "baperan".
Hal seperti ini juga dianggap "biasa" dilingkungan internal HmI oleg sebagian kader, bahkan dengan sadar dan sengaja diciptakan. "HmI kalau berkonflik itu sudah biasa, terutama konflik di internal. Tapi itu merupakan bagian dari proses pendewasaan diri. Jadi jangan heran kalau melihat banyak dinamika-dinamika yang terkadang membuat kita merasa itu adalah "permusuhan" di HmI".
Tidak salah dan tidak pula sepunuhhya benar. Berproses dengan "ketidaknyamanan" memang kerap kali menjadi senjata ampuh untuk mengukur kemampuan kader-kader HmI. Sayangnya, itu menjadi hal yang bersifat keseharusan.
Ada beberapa persoalan yang menjadi kekurangan, diantaranya ialah :
1. Kader HmI mampu dan cakap terhadap penciptaan dinamika dan konflik untuk mendidik kader HmI lainnya. Tetapi, setelah di kader menerima rekayasa dinamika dan konflik tersebut, dengan bermacam-macam tanggapan sikap dan perilaku, "aktor" pencipta dengan santai lari tanpa memberikan penjelasan atau meluruskannya.
2. Banyak Kader HmI pintar dan cerdas melihat "peta" isu yang berkembang baik di Pengurus besar sampai kebawah. Tetapi sedikit yang cerdik menanggapi persoalan yang tersebut.
3. Semua dinamika dan konflik, dianggap bagian dari "masalah/persoalan" bersama.
Kecerdikan yang dimaksud ialah, tentang kapasitas dan kulitas kader HmI yang tidak semuanya bisa disama ratakan atau disetarakan. Logikanya begini, salah satu kata saja dalam penyampaian kalimat, maka keliru pula arti dan maknanya.
Contoh pernyataan tentang "Kader HmI berpolitik" sedangkan di konstitusi mengatakan tentang "ndependensi HmI". Lalu salahkan jika kader berpolitik?
Kalau dlirik dari kata "politik"nya maka sebagai makhluk sosial, manusia mana dan manusia siapa di bumi ini yang tidak berpolitik selama masa hidupnya? Dari politik ia berkenalan, bercengkrama, bersekolah, berkerja, termasuk berorganisasi dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan ketika setiap kali kader bertemu sapa kepada orang lain, maka saat itulah ia berpolitik. Inilah yang kita maksud dengan karakter sosial.
Kembali kepada sirkus HmI.
"Suka atau tidak suka, seluruh kader harus menerima dengan adanya dinamika dan konflik yang hari ini ada dan berkembang di HmI".
Ya pernyataan diatas memang beanar dan sangatlah tepat. Semua kader dapat menerimanya, tetapi dapatkah semua kader memahaminya? "Pokoknya ikuti sajalah.nanti kalian paham".
Paham akan digapai dengan melalui proses memberikan pemahaman. Pemahaman akan didapat melalui proses penjelasan. Penjelasan akan didapat melalui proses interaksi aktif dan terbuka.interaksi terbuka akan didapat melalui proses pendekatan sosial. Itulah yang dimaksud dengan psikologi politik.
PB-HMI bisa dikatakan telah berhasil mengelabui kader-kader HmI dengan konflik yang mereka ciptakan dengan sadar.
Jika kira telaah bersama, persoalan bermula ketika terjadi tuduhan kasus Saddam Lalu berkembang hingga ke pemecatan yang kemudian di PJ kan kepada Arya yang sebelumnya sebagai sekretaris jendral.
Kabari ini tersebarluas keseluruh kader-kader HmI dari badko hingga kepada komisariat. Mulailah, ocehan, kritikan, saran, pendapat, bantahan, dimulai.
Lalu berlanjut dengan bertahannya Saddam sebagai Ketum PB-HmI. Disisi lain, Arya juga mengakui ia sebagai PJ. PB-HmI sebelumnya.
Dan tersebar luas lagi keseluruh kader-kader HmI. Bertambah lagi ocehan , masukan, pendapat, saran, dalan lain sebagainya untuk PB-HmI.
Disini lah kader HmI mulai terbuai dengan perkembangan isu dan keluar dari Fokus Masalah Utama di PB-HmI.Kader dibawah mulai bertanya-tanya "jadi siapa sebanrnya ketum PB? Saddam atau Arya?
Tidak hanya sampai disitu saja berlanjut lagi hingga kepada Pleno 2 PB-HMI sebelah Saddam.
Kemudian kader-kader dibawah mulai sibuk tak beraturan. "Benarkah akan terjadi 2 kongres?" Pedebatan mulai memanas. Semakin bertambah emosional kader HmI. Dan eh ternyata? Arya juga melaksanakan Pelenonya dengan membawa nama PB-HmI.
Beradar lagi meluas ke kader-kader HmI diseluruh Nusantara. Mulailah pembesar-pembsar alias senior HmI memunculkan Tokoh Baru untuk menentukan suara ketiga. Mainan lagi dan rekayasa lagi.
Yang tidak paham seperti kami, akan melihat pecah beling yang terjadi di HMI.bukan lagi keretakan.
Urusan Kemaslahatan tidak lagi jadi pembahasan peneyelesaian. "Sudahlah, itu urusan PB.biar badko dan cabang yang mengurusnya bersama PB.karena suara mereka ada disitu.komisariat sampai jugkir balik pun tidak akan dapat memperngaruhi PB."
Grafik permasalahnnya meningkat pesat. Yang dibawah mengikuti perkembangan grafiknya.
Permainan kah ini?
Bukan. Ini usaha percobaan prakter untuk melihat kemunduran HmI.
Jika dulu terjadinya MPO dan DIPO karena faktor eksternal, hari ini pemisahan terjadi karena faktor internal.
Jika dulu dualisme organisasi, hari ini dualisme kepemimpinan.
"Yang dibawah jangan ikut campur, ini persoalan Pusat".
Kemudian setelah memang terjadi dan berlanjut pemisahan ini, Perkaderan HmI yang akan terhambat.
Menyibukkan konflik dan dinamika internal HmI, tapi lupa dengan eksternal HmI yang sedang mencari kelemahan HmI. Payung HmI tertutup, karena besi-besi rangkanya patah. Yang tersisia hanyalah kain payung yang layu menyelimuti gagang payung.
Salam Yakin Usaha Sampai (*)